Selasa, 01 Januari 2008

KOMPONEN PENYAKIT MENULAR

KOMPONEN PENYAKIT MENULAR :
1. Penyebab Penyakit
  • Protozoa
  • Bakteri
  • Virus
  • Metazoa
  • Fungi
  • Ricketsia.

2. Reservoir Penyebab Penyakit

  • Habitat normal bagi agent penyebab penyakit di mana ia hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Dapat berupa :
    o Human reservoir
    o Animal reservoir
    o Environment Reservoir.

3. Tempat keluarnya penyakit dr pejamu (Portal of Exit)

  • Saluran pernafasan
  • Saluran pencernaan
  • Perkemihan
  • Melalui kulit.

4. Cara Transmisi dari Orang ke Orang

  • Secara Langsung,
    Contoh : TBC, Penyakit kulit dan kelamin, Hepatitis. Droplet infeksi melalui percikan ludah, terutama penyakit melalui. Saluran nafas.
  • Secara Tidak Langsung,
    o Ditularkan melalui binatang (vektor) Co : DBD, malaria, filariasis, dll
    o Penyakit saluran cerna yang ditularkan melalui lalat, kecoa
    o Contoh : Kolera, disentri.
    o Penularan melalui. perantara air dan tanah.

5. Tempat masuknya penyebab penyakit ke pejamu baru (Portal of Entry).

  • sama dengan portal of exit.

6. Kerentanan Pejamu

  • Tergantung faktor genetik, daya tahan tubuh, keadaan gizi, gaya hidup dll.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR :

  1. Eliminasi Reservoir
    o Mengisolasi penderita
    o Karantina
  2. Memutus Rantai Penularan
  3. Meningkatkan sanitasi dan higiene perorangan.
  4. Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan (pada bayi dan balita) melalui perlindungan khusus (Specific protection) dengan imunisasi.

PENYAKIT TIDAK MENULAR

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
Kepentingan :
  • Penyakit-penyakit tidak menular yang bersifat kronis sebagai penyebab kematian mulai menggeser kedudukan dari penyakit-penyakit infeksi
  • Penyakit tidak menular mulai meningkat bersama dengan life-span (pola hidup) pada masyarakat.
  • Life – span meningkat karena adanya perubahan-perubahan didalam : kondisi sosial ekonomi, kondisi hygiene sanitasi, meningkatnya ilmu pengetahuan, perubahan perilaku

PENYAKIT - PENYAKIT TIDAK MENULAR YANG BERSIFAT KRONIS

1. Penyakit yang termasuk di dalam penyebab utama kematian, yaitu :

  • Ischaemic Heart Disease
  • Cancer
  • Cerebrovasculer Disease
  • Chronic Obstructive Pulmonary Disease
  • Cirrhosis
  • Diabetes Melitus

2. Penyakit yang termasuk dalam special – interest , banyak menyebabkan masalah kesehatan tapi jarang frekuensinya (jumlahnya), yaitu :

  • Osteoporosis
  • Penyakit Ginjal kronis
  • Mental retardasi
  • Epilepsi
  • Lupus Erithematosus
  • Collitis ulcerative

3. Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang, yaitu :

  • Defisiensi nutrisi
  • Akloholisme
  • Ketagihan obat
  • Penyakit-penyakit mental
  • Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan.


FAKTOR-FAKTOR RESIKO

1. Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum ditemukan secara keseluruhan,

  • Untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda-beda (merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia)
  • Satu faktor resiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok, dapat menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx.
  • Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui

2. Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular yang bersifat kronis antara lain :

  • Tembakau
  • Alkohol
  • Kolesterol
  • Hipertensi
  • Diet
  • Obesitas
  • Aktivitas
  • Stress
  • Pekerjaan
  • Lingkungan masyarakat sekitar
  • life style

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

RIWAYAT ALAMIAH PERJALANAN PENYAKIT

  • Jika ditinjau proses yang terjadi pada orang sehat, menderita penyakit dan terhentinya penyakit tersebut dikenal dengan nama riwayat alamiah perjalanan penyakit (natural history of disease) terutama untuk penyakit infeksi.
  • Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.

MANFAAT

Manfaat riwayat mempelajari alamiah perjalanan penyakit :

  • Untuk diagnostik : masa inkubasi dapat dipakai pedoman penentuan jenis penyakit, misal dalam KLB (Kejadian Luar Biasa)
  • Untuk Pencegahan : dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.
  • Untuk terapi : terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit, adalah waktu yang tepat untuk pemberian terapi, lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan.

TAHAPAN

Tahapan Riwayat alamiah perjalanan penyakit :

a. Tahap Pre-Patogenesa

  • Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu.
  • Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.

b. Tahap Patogenesa

1) Tahap Inkubasi

  • Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi gejala- gejala penyakit belum nampak.
  • Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit Polio mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
  • Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.
  • Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut dengan horison klinik.

2) Tahap Penyakit Dini

  • Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya tidak memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan.
  • Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang berobat sering talah terlambat.

3) Tahap Penyakit Lanjut

  • Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.

4) Tahap Akhir Penyakit

  • Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
  1. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit.
  2. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
  3. Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan
  4. Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.
  5. Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.

WABAH

WABAH

  • Wabah : adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No 4. Tahun 1984).
  • Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi).

OUTBREAK

Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.

EPIDEMI

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.

PANDEMI

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas

ENDEMI

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

KEJADIAN LUAR BIASA

  • Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan yang berlaku di Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
  • Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

KRITERIA KLB

Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

  1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
  2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
  3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
  4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

SURVEILANS

DEFINISI SURVEILANS :
  • Menurut WHO : Suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan tindakan.
  • Menurut CDC (Center of Disease Control) : pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya

TUJUAN :

  1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak)
  2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian penyakit,
  3. Memasok informasi utk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.
  4. Monitoring kecenderungan (Tren) penyakit endemis dan mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.
  5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.


LINGKUP :

  • Epidemic
  • Penyakit infeksi (Penyakit Menular)
  • Penyakit Tidak Menular
  • Health Services Problem.
  • Population Problem.
  • Environment Problem

SUMBER DATA (WHO) :

  1. Data Mortalitas (kematian)
  2. Data Morbiditas (Kesakitan)
  3. Data epidemik
  4. Laporan penggunaan laboratorium (hasil test lab.)
  5. Laporan investigasi kasus secara individual
  6. Laporan investigasi epidemik (penyelidikan wabah)
  7. Survei khusus (register penyakit, survei serologis)
  8. Informasi binatang sebagai reservoir dan vektor.
  9. Data demografik
  10. Data lingkungan.

MANFAAT & KEGUNAAN :

  • Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada populasi sehingga dapat efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan penyakit di populasi.
  • Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan epidemiologi penyakit (siapa, kapan dan dimana terjadinya, serta keterpaparan faktor resiko)
  • Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan tindakan pencegahan dan kontrol dalam pengembangan dan pelaksanaan.

KEGIATAN RUTIN UNIT SURVEILANS :

a) Melaksanakan kegiatan surveilans

  • Pengumpulan data
  • Pengolahan dan penyajian
  • Analisis dan interpretasi
  • Penyebarluasan informasi dan rekomendasi

b) Penanggulangan KLB :

  • SKD KLB
  • Penyelidikan dan penanggulangan KLB

c) Pengembangan sistem surveilans termasuk pengembangan jaringan informasi

d) Koordinasi kegiatan surveilans : lintas program dan lintas sektoral

JENIS SURVEILANS :

a) Surveilans aktif

  • Pengamatan kasus dilakukan secara langsung ke lapangan.
    Hasil yang diperoleh lengkap dan jauh lebih baik
    Dibutuhkannya dana dan tenaga khusus.

b) Surveilans pasif

  • Pengamatan kasus dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui laporan.
    Hasil yang diperoleh kurang lengkap.

ALASAN DILAKSANAKAN SURVEILANS :

Surveilans beralasan untuk dilakukan jika dilatari kondisi :

  • Beban penyakit (burden of disease) tinggi, sehingga merupakan masalah penting kesehatan masyarakat.
  • Terdapat tindakan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
  • Data relevan mudah diperoleh
  • Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan (pertimbangan efisien).

SCREENING

SCREENING
  • Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.

TUJUAN SCREENING :

  1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).
  2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber penularan penyakit.

SASARAN

Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti :

  • Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.
  • Infeksi Virus (Hepatitis
  • Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks, Ca Prostat, Glaukoma)
  • HIV-AIDS

PROSES PENYARINGAN

Proses pelaksanaan sceening adalah :

  1. Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit.
  • Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
  • Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2
  1. Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik
  • Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.
  • Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).

SENSITIVITAS

  • Sensitivitas (sensitivity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil tes positif dan benar sakit.
  • Sensitivitas = a/a+c

SPESIFISITAS

  • Spesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil negatif dan benar tidak sakit.
  • Spesivisitas = d/b+d

POSITIVE PREDICTIVE VALUE (PPV)

  • Persentase pasien yang menderita sakit dengan hasil test Positive.
  • PPV = a/a+b

NEGATIVE PREDICTIVE VALUE (NPV)

  • Persentase pasien yang tidak menderita sakit dengan hasil test negative.
  • NPV = d/c+d

DESAIN STUDI CROSS SECTIONAL

CROSS-SECTIONAL STUDY (STUDI POTONG LINTANG)

  • Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit atau karakteristik terkait kesehatan lainnya secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada satu saat. Karakter : status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.
  • Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut juga survei prevalensi. Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei. SKRT (Survei Kesehatan Rumah tangga) dan Surveilans merupakan studi potong lintang.

JENIS STUDI POTONG LINTANG

  • Potong lintang Deskriptif : meneliti prevalensi penyakit , paparan atau keduanya, pada suatu populasi tertentu.
  • Studi potong lintang analitik : mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan antara paparan dan penyakit

KEKUATAN :

  1. Mudah dan murah
  2. Desain yang efisien untuk mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan distribusi sejumlah karakteristik populasi.
  3. Bermanfaat untuk memformulasikan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi analitik lainnya, seperti kasus kontrol dan kohor
  4. Tidak memaksa subjek mengalami faktor yang merugikan kesehatan (faktor resiko)

KELEMAHAN :

  1. Validitas penilai hubungan kausal menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan penyakit (yaitu paparan harus mendahului penyakit), karakteristik ini sulit dipenuhi dalam studi potong lintang, sehingga penggunaan desain studi ini terbatas untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.
  2. Penggunaan data prevalensi, padahal dalam penelitian faktor resiko dan etiologi penyakit menuntut penggunaan data insidensi penyakit.